Assalamualaykum
Pada hari Sabtu tanggal 29 juni tahun 2015 waktu itu. Pagi - pagi saya mendapat Messenger dari teman saya, yang intinya bertanya, seperti biasanya "hari ini libur ta"? sudah di terjemahkan dalam bahasa bahasa indonesia, Saya menjawab "iya". "Memangnya kenapa" gumam saya, lalu teman saya balas lagi "ayo jalan - jalan". Akhirnya saya jawab "ayo" meluncurlah saya ke rumah teman saya yang bernama Udi Perbawadi yang kebetulan rumahnya berjarak kurang dari 1 kilometer saja.
Pakai motor bebek saya kemudian mampir di rumah saya juga yang berna Agung. Lalu saya kirim messenger ke Udik nama panggilanya, supaya dia tahu kalau saya sudah nyampek di sebelah kanan rumahnya.
Selang beberapa menit muncullah dia menghampiri saya, lalu pulang lagi dia untuk berganti pakaian dan bergegas berangkat jalan - jalan. Awalnya saya mengajak agung supaya ikut serta, tapi dia tidak mau. Dengan memakai motor teman saya yang bermesin 150 cc meluncur ke arah utara menuju arah Surabaya.
Di daerah Randuagung terjadi pembicaraan lagi sambil memacu motor "sebenarnya kita mau kemana enaknya" begitu katanya, lalu saya jawab "ke Desa Tambak Watu saja". Akhirnya sepakatlah kita menuju kesana.
Sampai di Purwosari persis di Pegadaian setelah pabrik Susu olahan yang di kenal dengan nama Indolakto. Beloklah kekiri arah barat yang melewati SMA Purwosari lalu menyeberangi lintasan rel kereta api. Jalanya cenderung naik, tetapi agak rusak memang, meskipun sudah di aspal. kira - kira 2 sampai 3 kilo saja yang rusak.
Setelahnya sudah baik jalanya, lha wong sudah di HotMix jalanya. Kira - kira 7atau 8 kilometer mentok persis di pertigaan desa Sumur. Belok kekanan jalanya agak rusak lagi sempat saya menoleh ke kanan jalan ada pelakat yang menerangkan ada sebuah makam yang di keramatkan di daerah sana. Yang ada kaitanya juga dengan cerita rakyat jaman dahulu yang sekarang banyak di ambil judul pada panggung ludruk jawa timur yaitu sogol sumur gemuling.
Tetapi teman saya tidak mau mampir ke sana. Sehabis jalanan yang rusak kira - kira 600 meter jalan sudah bagus lagi.
Tepat di Gapura sebuah desa yang bertuliskan Selamat datang berhentilah kita. Sempat mengambil gambar gapura yang di bawah tulisan selamat datang ada tulisan yg menerangkan bahwa ada situs di jaman batu. Penasaran lah kita.
Sampai di ujung desa Tambak Watu motor kita parkirkan di rumah warga yang bernama Kunamat atau biasa di panggil pak kunamat.
Hanya 5000 rupiah cukup menggantikan biaya parkir motor kita. Setelahnya mulailah berjalan kaki menaiki jalan makadam dan jalan tanah, 100meter kiri jalan sudah di sambut batu besar yang indah.
kemudian lagi banyak menemui penduduk membawa rumput turun kebawah. Kemudian kita berjalan melangkah lagi naik kira - kira 2 kilometer ( maklum ngak bawa meteran) menemukan sebuah goa yang bernama goa yang di kenal dengan nama Goa Onto Bugo yang dalam pewayangan merupakan sesepuh.
Bentuknya adalah seekor ular berkepala manusia. Yang sekarang sudah di bikinkan semacam pendopo kecil yang di dalamnya, atau persis di muka goa di sediakan 2 tempat membakar dupa. 5 meternya lagi juga ada situs batu yang bentuknya unik di lengkapi dengan taman juga ada pendopo kecilnya, juga ada 2 tempat untuk membakar dupa. Di antara goa dan batu ada juga semacam tempat yang sengaja di bangun untuk mengadakan upacara bendera merah putih.
Berjalan kebawahnya kira- kira 20 meter ada juga monumen yang di bangun oleh angkatan darat yang bentuknya ada dua naga bermahkota saling membelakangi diantara satu trisula.
Sebetulnya masih banyak lagi situs - situs lainya sepanjang jalan menuju puncak Arjuna yang bisa di kunjungi. Seperti watu kursi, Tampuwono, goa nogo gini, dan seterusnya. Berhubung kita pada waktu itu tidak ada persiapan, maka saya memutuskan untuk kembali pulang saja. Dan dalam hati kami janji suatu saat akan kembali kesana dan akan ke situs lainya. Sekian apabila ada salah tulis mohon maaf. Semoga bisa bermanfaat.
Wassalam
No comments:
Post a Comment